Biaya konstruksi mulai dari
Rumah dengan konsep universal ini memiliki 3 aspek utama dalam perancangan. Pertama adalah aksesibel, aspek ini merupakan respon kesetaraan dan kemandirian dalam rumah. Setiap anggota harus mampu mengakses secara mandiri kesetiap ruang yang ada di dalam rumah. Hal ini diwujudkan dengan penggunaan ramp pada area dengan perbedaan lantai dan minimnya elevasi pada setiap ruang. Kedua adalah keamanan, Pemilihan perkerasan outdoor harus tidak licin saat basah dan adanya handrailing pada ramp dan kamar mandi. Ketiga adalah kenyamanan, perwujudan toilet khusus bagi anggota disabilitas dan dimensi-dimensi yang ergonomis pada prabot dan bukaan merupakan respon pada aspek ini. Toilet disabilitas haruslah mampu diakses dengan kursi roda sehingga ukurannya harus lebih besar dari ukuran toilet normal. Rumah ini berlatar belakang atas respon pemilik yang ingin menghadirkan rumah yang layak dan nyaman bagi semua anggota keluarga tak terkecuali anggota keluarga yang memiliki kebutuhan khusus (disablitas) dengan tingkat pengawasan yang cukup intens sehingga perlunya akses langsung antarkamar dan terhubung dengan kamar mandi. Walaupun dalam pengawasan yang intens desain harus mampu mendukung kemandirian penghuninya pada kegiatan sehari-hari. Penggunaan langgam arsitektur tropis dan minimalis merupakan respon terhadap langgam bangunan sekitar site perkampungan. Bangunan sekitar didominasi dengan rumah sederhana beratap limas atau pelana. Bentuk bangunan yang sederhana dan ergonomis dapat membantu penghuni dalam perawatan (less effort). Bangunan dengna atap pelana dilengkapi dengan jendela atas yang memungkinkan setiap ruang mendapatkan pencahayaan alami. Penggunaan roster pada dinding belakang turut membantu bangunan memperoleh pengudaraan alami.
Rumah dengan konsep universal ini memiliki 3 aspek utama dalam perancangan. Pertama adalah aksesibel, aspek ini merupakan respon kesetaraan dan kemandirian dalam rumah. Setiap anggota harus mampu mengakses secara mandiri kesetiap ruang yang ada di dalam rumah. Hal ini diwujudkan dengan penggunaan ramp pada area dengan perbedaan lantai dan minimnya elevasi pada setiap ruang. Kedua adalah keamanan, Pemilihan perkerasan outdoor harus tidak licin saat basah dan adanya handrailing pada ramp dan kamar mandi. Ketiga adalah kenyamanan, perwujudan toilet khusus bagi anggota disabilitas dan dimensi-dimensi yang ergonomis pada prabot dan bukaan merupakan respon pada aspek ini. Toilet disabilitas haruslah mampu diakses dengan kursi roda sehingga ukurannya harus lebih besar dari ukuran toilet normal. Rumah ini berlatar belakang atas respon pemilik yang ingin menghadirkan rumah yang layak dan nyaman bagi semua anggota keluarga tak terkecuali anggota keluarga yang memiliki kebutuhan khusus (disablitas) dengan tingkat pengawasan yang cukup intens sehingga perlunya akses langsung antarkamar dan terhubung dengan kamar mandi. Walaupun dalam pengawasan yang intens desain harus mampu mendukung kemandirian penghuninya pada kegiatan sehari-hari. Penggunaan langgam arsitektur tropis dan minimalis merupakan respon terhadap langgam bangunan sekitar site perkampungan. Bangunan sekitar didominasi dengan rumah sederhana beratap limas atau pelana. Bentuk bangunan yang sederhana dan ergonomis dapat membantu penghuni dalam perawatan (less effort). Bangunan dengna atap pelana dilengkapi dengan jendela atas yang memungkinkan setiap ruang mendapatkan pencahayaan alami. Penggunaan roster pada dinding belakang turut membantu bangunan memperoleh pengudaraan alami.
24 Ulasan